Profil Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf (Pengasuh Majelis Ahbabul Musthofa)
Di tengah riuh ramainya bumi Indonesia dengan persoalan-persoalan di segala lini kehidupan, muncullah sosok Habib Syekh “the Contender” yang datang menandingi (melawan) dengan “Gerakan Shalawat”nya.
“Rasul adalah orang yang paling bahagia
jika umatnya bisa bahagia. Salawat kepada Nabi bisa disuarakan dalam
kondisi apapun, bahkan saat harus berjuang menegakkan kebenaran”, kata
Mahfud MD dalam Pengajian Akbar IPHI bersama Habib Syekh yang dihadiri
ribuan umat muslim di Lap. Kota Barat, Solo (7/4/2012)
Orang boleh jadi belum mengenal Habib
Syekh, tapi cepat atau lambat, Sang Habib akan segera datang menyapa
dengan lantunan suara salawat yang begitu merdu, tentu beserta dengan
ribuan lebih jamaah setia yang sudah lebih dulu “akrab” dengannya.
Suaranya yang berat, berwibawa lagi khas tidak hanya “menyihir”
(menghipnotis) ribuan jamaah, tapi juga “menghentak” para kawula muda
yang biasanya dengan berpakaian putih-putih mendatangi pengajian. Mereka
berarak-arakan mengibarkan bendera layaknya sebuah konvoi. Tidak
sembarang bendera, tapi bertuliskan “Syekher Mania ”, dan juga ada
bendera-bendera lain yang berkibar mendampingi seperti bendera
“Slankers” dan supporter bola tertentu.
Siapa Sang Habib Itu?
Habib Syech bin Abdul Qodir bin
Abdurrahman Assegaf . Beliau adalah tokoh Alim dan Imam Masjid Assegaf
yang berada di Pasar Kliwon kota Solo. Berawal dari Pendidikan dari guru
besarnya sekaligus Ayahanda, Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf
mendalami Ilmu agama berlanjut ke paman beliau Alm. Habib Ahmad bin
Abdurrahman Assegaf yang datang dari Hadramaut. Habib Syech juga
mendapat pendidikan, dukungan penuh dan perhatian dari Alm. Al-Imam Al-Arifbillah, Al-Habib Anis bin Alwiy Al-Habsyi
“Imam Masjid Riyadh dan pemegang magom Al-Habsyi”. Berawal dari
dukungan beliau, Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf mensyiarkan
sekaligus mengumandangkan Sholawat Nabi yang berawal di kota Solo.
Dengan penuh keyakinan dan niat lillahi ta’ala, perkembangan syi’ar
sholawat beliau sampai saat ini semakin pesat. Namun hal ini juga tak
terlepas dari peran serta Majelis Ahbabul Musthofa.
Majelis Ahbabul Musthofa sendiri berdiri
sekitar tahun 1998 di kota Solo, tepatnya di kampung Mertodranan.
Berawal dari majelis Rotibul Haddad dan Burdah serta maulid Simthut
Duror, Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf memulai langkahnya untuk
mengajak ummat dan dirinya dalam membesarkan rasa cinta kepada junjungan
kita nabi besar Muhammad SAW melalui lantunan sholawat.
Perjalanan hidup Habib kelahiran Solo, 20
September 1961, ini cukup berliku. Beliau pernah jaya sebagai pedagang
tapi kemudian bangkrut. Di saat sulit itu, justru Sang Habib tampil
melakukan dakwah menggunakan “kereta angin” ke pelosok-pelosok untuk
melaksanakan tugas dari sang guru, almarhum Habib Anis bin Alwi
Alhabsyi, imam masjid Riyadh, Gurawan, Solo. Pada saat itu Habib Syekh
bin Abdul Qadir Asseggaf juga sering diejek sebagai orang yang tidak
punya pekerjaan dan habib jadi-jadian. Namun Habib Syekh tidak pernah
marah atau mendendam kepada orang yang mengejeknya. Justru sebaliknya,
beliau tetap tersenyum dan terkadang berderma (memberi sesuatu) kepada
orang tersebut.
Meski berdakwah dalam kondisi yang serba
“pas-pasan”, tidak jarang Sang Habib pun tetap mengusahakan membawa nasi
bungkus, untuk dibagi-bagikan kepada jamaahnya di pelosok-pelosok
kampung. Taklimnya saat awal-awal adalah dari kampung ke kampung di
seputaran Solo dan Jawa Tengah, serta terkadang juga diselenggarakan di
daerah Kebagusan. Kini dakwah Sang Habib tidak hanya bisa dinikmati oleh
segelintir penduduk kampung saja, tapi sudah meluas ke berbagai daerah
di tanah air dan bahkan di luar negeri. Tembang-tembang sholawatnya pun
telah beredar luas di dunia maya dan siap untuk diunduh, termasuk NSP
(Nada Sambung Pribadi)-nya.
daftar lagune kurang akeh mbak yu
BalasHapus